Sepatuku.

Saturday, September 5, 2020

Kiranya tak banyak dari kita yang dilimpahi karunia untuk bisa punya jajaran alas kaki yang mumpuni dengan masing-masing fungsi dan peruntukannya. Di belahan dunia sebelah sana, tak sedikit yang menganggap memiliki sepatu adalah bentuk kemewahan. Saya bersyukur sebesar-besarnya, setinggi-tingginya atas berkah kemewahan ini.

Ijinkan saya berbagi sekelumit tentang teman kaki, pembungkus jari ketika menjelajahi hari di bumi, melalui cerita dan gambar yang apa adanya. As is.

Nike Todos

Aslinya sepatu lari. Berhubung banyak bagian luarnya yang berbalut kulit, walaupun sepertinya sintetis, warna hitam seluruhnya dan bisa disamarkan jadi kelihatan seperti sepatu kerja (Pantofel), maka sepatu ini resmi didaulat jadi sepatu kerja keras. Dipakai sehari-hari untuk ke kantor, jalan kaki. Iya, saya ke kantor jalan kaki, pulang – pergi. Sekalian kalau sedang perjalanan dinas keluar kota jadi gak repot mesti bawa sepatu lari lagi. Bisa pake yang ini. All in one, multi fungsi. Lagian kalau lagi dinas luar kota, urusan seragam cenderung lebih fleksibel biasanya.
Nyarinya susah minta ampun, pertama ketemu pas pulang dinas luar kota, di bandara, iseng-iseng masuk toko Sport, lihat-lihat, eh.. kesengsem. Crush at first sight. Sayangnya ukuran gak ada. Bagi kaki saya yang 29 CM ini memang bukan perkara mudah mencari sepatu yang pas di kaki, di hati, dan di kantong.
‘Dendam’, saya keliling mall dan keluar masuk toko sport di Medan buat nyari ini sepatu. Akhirnya, pada kunjungan kedua, ketemu di mall yang jaraknya cuma sepelemparan batu dari rumah. Alhamdulillah.

Nike Todos

Kotama

Kabarnya sih singkatan dari Kota Matsum, daerah asal pembuatan sepatu ini di Medan. Sepatu kerja, pengadaan kantor. Udah langganan dari lama. Bahannya kulit asli katanya. Awet dan tahan lama. Untuk partai korporat semisal kantor, bisa custom, sesuai pesanan. Bertali atau tidak, bisa disesuaikan. Saya punya dua pasang. Satu disimpan di rumah, masih dalam kotaknya, kondisi 99%, baru dipakai beberapa kali, yang bertali. Biasanya keluar dari rak sepatu kalau ada acara penting semacam kawinan keluarga yang datangnya ber-jas atau batik seragam, jangan lupa di semir dulu biar kinclong. Satu lagi ditinggal di kantor, dengan tali semu, dan karet penahan guna menjaga kaki tetap melekat erat, cara pakainya gampang dan simpel, tinggal masukkan ke kaki, buat emergency, manatau ada kegiatan resmi mendadak, upacara, apel, pertemuan formil, atau sekedar biar gak ditegur bos sebelum sepatu sportnya ketahuan, hehehe..

Kotama

New Balance Fresh Foam Arishi

Sepatu lari sehari-hari yang ramah di kantong, belinya pas diskon (tentu saja!) setelah sepatu lari harian yang bermerek Nike berkelir putih itu menua dan harus di remajakan. Tapaknya sudah tipis, bagian dalam cekung membentuk kontur kaki, bahkan di bagian jempol sudah seperti danau kecil. Tapi masih tetap digunakan, sementara menunggu penggantinya datang. Sepatu ini asli nyaman di kaki dan besar jasanya buat kiprah lari saya selama ini. Sementara tulisan ini diketik, jarak tempuhnya sudah lebih dari 1.172,7 kilometer! Dan sepertinya belum menunjukkan gejala akan di pensiunkan, walaupun Str*va sudah berkali-kali mengingatkan untuk segera ganti sepatu. Entahlah nanti kalau sudah ketemu gantinya. Yang pasti sepatu ini punya tempat khusus, selain di kaki, juga di hati. Kalau dia pensiun nanti, saya akan bikin seremonial kecil-kecilan untuk menghormati jasanya mendampingi saya berlari ribuan kilometer dan mengumpulkan medali-medali kebanggaan yang berjejer ramai di dinding rumah.

New Balance Fresh Foam Arishi

Skechers Go Walk

Merek satu ini tidak usah diragukan lagi kalau urusan kenyamanan. Dibeli dengan atmosfir setengah tergesa-gesa lantaran peran sepatu kerja keras (sepatu sport yang dipakai ngantor) yang sebelumnya dipikul salah satu produk dari H*sh Pupp*es, sudah putus kontrak alias tidak layak pakai lagi karena sudah menyakiti kaki. Sepatunya pensiun paksa ketika penggantinya belum ada. Untuk sementara saya pakai sepatu pantofelnya Kotama yang benar-benar kurang nyaman kalau dipakai harian dan butuh waktu untuk penyesuaian dengan kaki, katanya sih memang begitu kalau bahannya kulit asli. No offense, bukan masalah sepatunya. Cuma kaki saya saja yang manja dan pengennya pakai sepatu sport terus. Maka akhirnya sepatu ini sempat beberapa saat hilir mudik di kantor sebelum akhirnya dengan suka cita digantikan oleh si Todos. Posisi sepatu ini sekarang jadi sepatu jalan-jalan, sesuai namanya yang menyandang titel Go Walk. Yuk, jalan.

Skechers Go Walk

Hi Qua Track Pack

Sepatu badminton. Dibeli dengan harga luar biasa miring di toko milik sepupu istri di kawasan Kesawan – Medan. Sepatu ini adalah satu-satunya sepatu saya yang punya tas tenteng sendiri. Biar gak ribet bawanya kalau di perjalanan dari rumah ke lapangan badminton. Khusus dipakai di lapangan badminton. Satu fungsi. Sisanya saya akan sendal-an. Bagi anda yang rutin maen badminton akan paham ‘keras’nya siksaan kaki sewaktu main badminton dan kenapa selesai main biasanya langsung pengen ganti ke sendal dengan alasan kasih napas ke kaki. Apalagi pemain pemula yang foot work – nya masih amburadul, wassalam. Sprained ankle parah pada April 2019 yang menyebabkan saya harus istirahat total selama 4 bulan untuk pemulihan dan belajar jalan dengan benar lagi sebagai buah dari jumping smash yang mendarat pada permukaan yang tidak rata di lapangan, terjadinya ketika saya mengenakan sepatu ini. Sudah bersama saya dalam hitungan tahun, sudah tak terhitung berapa banyak jumping smash yang didaratkannya dengan baik atau berapa kali drop shot yang difasilitasinya dengan sukses. Kondisinya sudah mulai kurang prima, semoga masih bisa bertahan sedikit lebih lama.

Hi Qua Track Pack

Mizuno LS-040

Sepatu golf. Dibeli lantaran tergiur diskon dan  desainnya yang ciamik (menurut saya). Baru beberapa kali dipakai driving, kebanyakan diajak nge-mall, bahkan pernah ikut ke kantor. Kualitasnya gak usah ditanya. Ada alasan kenapa merek Mizuno bisa segitu besar di pasar sport apparel, khususnya golf. Kalau saya golfer beneran, udah deh, ini sepatu saya.

Mizuno LS-040

Last but not least, here’s something to think of :

Update :

ASICS Gel-Nimbus 22.

Beberapa hari setelah tulisan ini ‘tayang’, saya terima kiriman ini barang. Berkat melayangkan satu pertanyaan yang dianggap terbaik pada sesi talkshow di Instagram yang membahas tentang karakteristik lari, dalam rangka lari Virtualnya Pocari Sweat 2020, yang disponsori Asics.

Performa : jangan ditanya. Harga : tak semua orang bisa menjangkaunya. Hingga sekarang, inilah sepatu termahal yang pernah saya miliki. Dan proses akuisisi dilakukan tanpa beli, cuma modal partisipasi.

Saya yang sebelum memiliki sepatu ini selalu berpikiran bahwa sepatu lari dengan harga segini ini adalah keterlaluan. Setelah punya dan pakai, saya khawatir, sepertinya saya telah mengalami perubahan pendapat, pergeseran selera. Saya suka, betah dan rasanya gak mau pakai merek lain ketika suatu saat sepatu ini memasuki usia usang. Wah… Gawat!

ASICS Gel-Nimbus 22

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: