Yuk Sepedaan.

Sunday, June 14, 2020

Kena Pandemi, sepedaan naik daun lagi. Betabur di jalanan orang naek keretangin (kereta angin, istilah jaman dulu) inih. Gak tau waktu. Pagi, siang, sore, malam pun ada. Selain sebagai menu selingan para runners, beberapa kawan mulai nanya-nanya pengen sepedaan juga. Mungkin berkat kerajinan awak pamer poto-poto ketje (menurut sebagian kecil orang) di sosial media. Dengan niat membantu mereka memutuskan menjatuhkan pilihannya, manatau ada yang lagi mempertimbangkan untuk akuisisi sepeda yang di pajang di situs jual beli, atau di toko, atau di emperan jalan, baik baru maupun bekas, awak ketiklah secara membabi buta beberapa hal ini, manatau bisa membantu yang lagi riset kepemilikan sepeda.

Mau pake sepeda apa? Ini beberapa pilihannya :

Sepeda gunung, dikenal juga dengan nama Mountain Bike (MTB), lumayan populer dan banyak seliweran di jalanan kota. Ukuran biasanya 26” untuk orang dewasa berpostur lokal Indonesia. Di pasaran juga tersedia ukuran yang lebih besar untuk orang dewasa dengan postur yang lebih besar dan tentu saja harga yang juga lebih mahal. Buat saya dengan tinggi badan 177-an, 26” itu terasa kekecilan, tapi berhubung ini yang ada, yo wes dipake wae. Tinggal tinggiin jarak sadelnya supaya waktu ngayuh, kaki gak terlalu terlipat. Bagusnya sih kalau lagi ngayuh, posisi kaki bisa lurus sewaktu pijakan berada paling bawah. Mirip gerakan lari, jadi bisa lebih stabil dan menghindarkan dari kelelahan berlebih atau cedera terutama ketika menempuh jarak jauh atau mengayuh dalam waktu yang lama. Di rumpun ini ada lagi downhill bike, trail bike, blablabla..

Sepeda balap, biasanya dikenal dengan sebutan road bike. Populer dengan lengkungan setang yang ciamik dan ban tipisnya, ini sepeda agak serius dan pemilih dalam hal track yang akan dilaluinya. Ketemu aspal mulus, ini tunggangan bisa meluncur dengan kecepatan yang gak maen-maen. Menurut saya sih wajib kudu pake helm dan pakaian khusus kalau maen road bike ini mah. Kalau gak, bisa bahaya dan lecet bin cedera tuh ujung tulang belakang.

BMX. Anak tujuh atau lapan puluhan mah udah gak asing lagi dengan sepeda tipe yang ini, gosah dijabarkan panjang lebar lagi lah yah. Sepedanya berukuran cenderung kecil, tapi gak sikit orang dewasa yang doyan make juga. Lebih enak buat manuver dan melakukan trik-trik ajaib yang salah-salah bisa bikin keseleo atau bahkan tulang patah. Buat bisa lakukan trik muter-muter setang, biasanya mesti mengorbankan kabel rem. Gak cocok untuk petualangan jarak jauh. Maen-maen di taman bolehlah..

Sepeda lipat. Kalau di kota saya, sepeda jenis ini satu-satunya yang boleh dibawa masuk ke kereta api. Kalau bahasa saya mah ini sepeda ‘gaya hidup’. Kecil, lantaran bisa dilipat. Gampang dibawa-bawa (bisa disimpen di bagasi mobil). Mahal, lantaran rata-rata yang make orang – orang berduit yang kayaknya punya pohonnya di belakang rumah (iri mah saya kalau ini, beli bibitnya dimana sih? Gak nemu-nemu dari dulu). Ini saya lagi mengacu pada salah satu merek, sebut saja bromi (bukan merek sebenarnya) yang sempat jadi trending topik lantaran dijadikan alat suap pejabat yang korup dan selundupan petinggi BUMN. Yang mulia ibu Menteri pun kelihatannya naksir sama doi (sepedanya) sewaktu press conference. Keren sih emang. Saya kalau punya duit juga mau punya dengan cara beli. Tapi mesti dan kudu dengan jalan halal dan baik. Gak mau yang macem – macem. Di pasaran mulai banyak bermunculan merek –merek yang menjual sepeda sejenis dengan harga yang lebih terjangkau. Cuma kalau yang udah ngrasain sih saya yakin tau bener bedanya dimana selain di harganya. Ya gak bro?

Sepeda Onthel (ontel kalau mau gampangnya). Dikenal juga dengan nama sepeda unta atau sepeda kumbang. Kami dulu bilangnya sepeda palang, ada yang betina buat perempuan dan jantan yang palangnya melintang horizontal. Cara naiknya juga khas, satu kaki dulu, dayung dikit, udah jalan baru satu kaki lagi naik. Tau gak sepedanya Mail di Upin Ipin?. Legend kalau ini mah. Jamannya bapak saya dan bapaknya bapak saya udah melanglang buana ini sepeda. Bahkan denger-denger jadi moda transportasi masa perang dulu. Apa gak bersejarah nih sepeda?. Paketnya juga biasanya lengkap dengan pompa yang disematkan di batangnya. Ada juga yang punya semacam bagasi buat bawa barang atau berkas, kalau dulu biasanya bahannya dari kulit di kiri dan kanan bodi-nya. Tukang pos jaman dulu juga pake sepeda ini anter – anter surat. Dan penggemarnya adaaaa aja terus sampai sekarang. Bukan berarti mereka gak bisa move on, bisa jadi itu cara mereka menghargai sejarah. Terutama sejarahnya sepeda ini. Beberapa desain versi anyar ada di deretan lini produknya London T*xi. Tentunya dengan harga masa kini.

Selain yang udah dijabarin di atas, masih banyak juga macem-macem jenis lainnya, hybrid (perpaduan MTB dan sepeda balap), fixie yang bisa mundur tapi gadak remnya, sepeda air (yang mainnya di air, ya iyalah!), sepeda listrik yang gak perlu dikayuh, sepeda mini, sepeda roda satu (unicycle) yang biasa dipake pemain sirkus, sepeda roda tiga, sepeda tandem yang bisa buat berdua atau bertiga atau berempat, atau entah udah berapa banyak sadelnya, saya gak gitu ngikutin perkembangannya. Sepeda anak-anak yang beroda empat (yang dua lagi biasanya training wheels yang bisa dilepas buat bantu belajar naek sepeda roda dua betulan), balance bike yang gak ada kayuhan dan rem tapi harganya lumayan (gak percaya? Coba aja beli yang merek L*ndon Taxi, abes tu kasih lihat bonnya disini). Kick bike yang makenya mirip maen skate board, dan sepeda – sepeda lainnya yang tidak terbatas perkembangannya. Apalagi sudah masuk campur tangan teknologi. The sky is the limit lah kalok gituh. Gak percaya? Lihat aja film E. T. (1982). Ada sepeda terbang disitu, yang bawak alien, halah! Kalau mau yang agak keren bisa nonton Premium Rush (2012) disitu anak mudanya pake fixie. Kurir sepeda mancanegara. Keren bingits kalau ini, bikin semangat bersepeda jadi menggelora!Tapi ini pelem 17 tahun ke atas, jangan kasih anak-anak nonton ya. Blon cukup umur orang tu.

Sepeda yang mondar – mandir di jalanan masa kini sudah laju amat perkembangannya, mulai dari rem cakram dengan sistem hidrolik, gir yang udah beragam macam tipe dan ukurannya. Paling ngetop di tempat kami sih sh*mano yang dengan rentang pilihan beragam yang bisa bikin tanjakan rasa jalan datar saking ringan kayuhannya, dan turunan bisa disetel hingga kita bisa santuy menikmati kecepatan sepeda. Bahan rangka (frame) yang super ringan namun kuat yang konon katanya juga digunakan sebagai material pesawat jet tempur. Beberapa merek bahkan sudah menawarkan asuransi dan servis berkala layaknya kendaraan bermotor.

Aksesoris? Pilih aja sesuai kebutuhan : bel (semi wajib kalau ini, buat nyapa sesama pengendara sepeda kalau ketemu di jalan. Entah kenapa, udah pada paham aja, kalau ketemu langsung ngerti saling kring, kring dan bertukar senyum. Oh indahnya silaturrahmi dan kehangatan persahabatan di jalanan), lampu (penting terutama bagi yang doyan ngayuh malam atau pagi buta, biar kelihatan sama kendaraan lain dan terhindar dari jadi pihak yang terlibat kecelakaan, apalagi jadi korban, amit-amit deh), helm (bagi yang sayang kepala beserta isinya, itupun kalau ada), baju khusus sepeda dengan celana yang ada bantalan pelapis hingga ketika menempuh jarak jauh dan dalam waktu lama gak bakalan cidera itu selangkangan, bisa dibantu dengan kondom jelly sadel atau jok bertipe per yang lebih ramah pantat, yang mirip dengan jok sepeda jaman dulu, lebih melebar hingga memiliki ruang tampung lebih untuk dudukan, biasanya ada per dua buah di bagian belakangnya, kiri – kanan yang bikin dudukannya empuk dan genjat-genjotnya lumayan membantu menahan getaran. Mau lagi? Beli aja gps yang ada tongkrongannya di setang sepeda. Sarung tangan, kacamata, botol minum, de el el, dkk. Mau lebih seru lagi? bikin akun di aplikasi sport social media semacam Str*va, ketemu deh like-minded persons yang bisa jadi kawan baek kalok udah sekali dua kali bertukar kudos.

Masing-masing jenis sepeda dan pengendara juga sudah menjamur komunitasnya. Mau gabung? Bisa cari akun media sosial official – nya di instagram, facebook atau twitter. Atau sering-sering aja beredar di jalan, biasanya ada aja yang ngajak gabung dayung kalau kita lagi sendirian dan kelihatan lagi cari kawan. Cara paling gampang, tanya-tanya pas lagi beli sepedanya. Biasanya toke pemilik toko punya channel ke komunitas masing-masing sepeda. Banyaklah pokoknya caranya. Gowes aja dulu yang penting. Banyak juga kok yang secara sadar memilih menikmati solo ride sambil menikmati musik dengan head set. Biar gak direcokin kawan yang asik ngajak ngobrol sepanjang jalan. Kalau anda termasuk mazhab ini, tetep hati-hati yah. Apalagi kalau lagi di jalan raya, kurangi volumenya, pastikan kita masih awas dan sadar dengan keadaan sekitar. Jangan terlampau asik denger musik, bisa bahaya jadinya, yayaya..

Kebiasaan kombur pas dayung ini juga bisa memperbesar resiko kesenggol kendaraan laen yang sedang melintas. Soalnya kalau mau becakap, posisi sepeda mesti dibikin bersanding, samping – sampingan. Kan jadi tambah makan jalan? Kalo iya jalannya cukup lebar hingga gak ganggu pengendara laen. Kalau jalan sempit trus kita santuy ngobrol sambil gowes, yo wes, resikolah kalok kesenggol, atau malah bisa jadi senggolan antar kawan. Jadi, kalau mau konvoi, rame – rame, silahkan. Tapi jangan lupa jaga jarak iring, tetap pertimbangkan pengendara yang lain, terutama kendaraan bermotor yang tentu saja lajunya lebih kentjang dari kita supaya terhindar dari kecelakaan beruntun, atau jenis – jenis kecelakaan yang lain. Stay safe, alrite?

Sori, kali ini awak gak pake banyak gambar, takut ntar dikira lagi nyeponsorin salah satu merek pulak. Selain juga biar gak panjang amat blog kali ini. Pengen mecahin rekor postingan paling cepat dibikin. Cuma beberapa menit aja lho ngetik ini, gak sampe satu jam. Teringat, terniat, ketik, langsung posting. Gak banyak cengkunek kalok kata orang sini. Yang lama malah login ke akun blog-nya, ngingat – ngingat passwordnya.

Penasaran atau bingung mau punya yang mana, monggo tengak-tengok gambar dan spesifikasinya sama mbah gugel. Kalau ngayuhnya sekuat dengkulmu, belinya ya sekuat isi kantongmu. Mulai dari ratusan ribu sampai ratusan juta, kemampuanmu dimana?
You can stop at your own financial strength, atau nunggu bini ngamuk! hahaha..

Disclaimer : tulisan ini adalah pengetahuan pribadi berdasarkan pengalaman sejak kecil rutin mengamati dan menikmati dunia persepedaan, mulai dari kampung, hingga mandah ke kota. Bisa jadi saya salah istilah, mungkin saja saya keliru sebut sesuatu, atau malah jelas-jelas gak gitu ilmiah. Apa jangan-jangan disclaimer ini yang salah tempat? Harusnya disclaimer dulu, baru isi? Hah, sudahlah, yang penting ada disclaimer-nya. Tapi ya gitu, harap maklum aja yee..

Sekaligus juga mohon dimahapken ketidakkonsistenan saya menyebut diri, kadang awak bilang saya, kadang saya bilang awak. Awak memang gitu orangnya. Kalok kelen kekmana pulak? Saya mah maklum.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: